Selasa, 29 Agustus 2017

TEKS KHUTBAH IDUL ADHA SINGKAT Oleh: (Ustadz Muhammad Farid Ali)

"KEBIJKASANAAN NABI IBRAHIM AS DAN AKTUALISASAI PENYEMBELIHAN ISMAIL AS DALAM KEHIDUPAN SEKARANG"


الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا.

الحمد لله الذى جعل هذا اليوم من أعظم الأيّام ضيافة للأنام وجعله من شعاءر الإسلام.

أحمده حمدا يفوق حمد الحامدين واستعينه إنّه خير الـمعين وأتوكّل عليه إنّه ثقة الـمتوكّلين.

أشهد أنّ سيّدنا محمجا عبده ورسوله خاتم النّبيّين رحمة للـمؤمنين وحجّة للجاحدين. اللهمّ صلّ على سيّدنا محمد صلى الله عليه فى الأوّلين والآخرين وعلى آله والطّيّبين الطّاهرين وسلّم تسليمًا كثيرا.



أمّا بعد، ايّها النّاس أوصيكم ونفسي بتقوى الله وكونوا مع الصّادقين والـمخلصين. إعلموا أنّ هذا اليوم يوم عظيم لقد سرّفه الله بالتّضحيّة لقوله تعالى: إنّا أعطيناك الكوثر، فصلّ لربّك وانحــر، إنّ شانئك هو الأبتر. (الكوثر:1-3)

IKHWÂN AL-MUSLIMÎN JAMA’AH ‘ID AL-ADHA RAHIMAKUMULLAH

DALAM SUASANA GEMBIRA MERAYAKAN HARI RAYA ‘IEDUL ADHA, KITA SEMUA KEMBALI BERKUMPUL BERSAMA-SAMA DI TEMPAT INI MELANTUNKAN TAKBIR DAN TAHMID SEBAGAI UNGKAPAN RASA SYUKUR SERTA TERIMA KASIH KITA KEHADIRAT ALLAH SWT, KITA MENGAGUNGKAN DAN MEMUJI ASMA ALLAH, TUHAN YANG MAHA AGUNG LAGI MAHA PENGASIH DAN MAHA PENYAYANG:

الله اكبر ، الله اكبر ، الله اكبر، لاإله إلا الله والله أكبر و لله الحمد

DENGAN MENGHAYATI KALIMAT TAKBIR DAN TAHMID INI AKAN TEHUNJAM PENGERTIAN DAN PEMAHAMAN KE RELUNG HATI KITA MASING-MASING YANG LEBIH DALAM BETAPA KECIL DAN KERDILNYA KITA SEBAGAI MANUSIA BERHADAPAN DENGAN KEBESARAN SERTA KEKUASAAN ALLAH SWT. OLEH KARENA ITU, KEAROGANSIAN, KESOMBONGAN, KEPONGAHAN, KETAKABURRAN YANG DISEBABKAN OLEH KEKUASAAN, JABATAN, KEDUDUKAN DAN HARTA, KITA CAMPAKKAN SEBAB SEMUANYA ITU SEMU SERTA TIDAK ABADI SAMA DENGAN KEFANAAN ALAM TERMASUK DI DALAMNYA MANUSIA ITU SENDIRI YANG KEDUDUKANNYA SEBAGAI ELEMEN TERKECIL DARI SELURUH SISTEM ALAM.

MARILAH KITA MEMBUKA MATA, TELINGA DAN HATI KITA, MENYAKSIKAN SALAH SATU TANDA KEBESARAN DAN KEKUASAAN ALLAH, SEKALIGUS SATU PERUMPAMAAN YANG SANGAT BESAR. MARILAH KITA MELIHAT BAGAIMANA UMAT ISLAM YANG TELAH KEMBALI KEPADA FITRAHNYA MENUJU KE TEMPAT DILAKSANAKANNYA SALAT ‘ID SERAYA MENGINGAT AKAN SUATU HARI DI MANA SEMUA MANUSIA SEJAK NABI ADAM AS. HINGGA MANUSIA YANG TERAKHIR DICIPTAKAN ALLAH AKAN DIKUMPULKAN PADA SUATU HARI YANG OLEH ALLAH DI DALAM AL-QUR’ÂN DISEBUT YAWMUN LÂ YANFA’ MÂL WALÂ BANN, ILLA MAN ATÂ ALLAH BI QALB SALÎM (HARI YANG KETIKA HARTA DAN ANAK-ANAK TIDAK MEMBERI MANFAAT, KECUALI ORANG YANG DATANG MENGHADAP ALLAH DENGAN HATI YANG TENANG).

KITA SEMUA MENDATANGI TEMPAT SALAT ‘ID TIDAK SATU PUN YANG MEMILIKI PERSAMAAN. KITA DATANG DARI RUMAH MENUJU KE TEMPAT SALAT ‘ID BERANEKA RAGAM CARA DAN BENTUK. ADA YANG DATANG BERKENDARAAN MOBIL MOTOR, SEPEDA, ADA JUGA YANG BERJALAN KAKI; ADA YANG DATANG BERIRINGAN DENGAN ANAK-ISTRINYA, BERCANDA DAN BERSENDA GURAU SEPANJANG PERJALANANNYA, ADA JUGA YANG HANYA TERSENYUM SIMPUL, BERDIAM DIRI, NAMUN ADA JUGA YANG HANYA BERDIAM DIRI SEDIH; ADA YANG BERPAKAIAN SERBA BARU NAN MEWAH LENGKAP DENGAN SEGALA AKSESORISNYA NAMUN ADA JUGA BERPAKAIAN YANG SEDERHANA BAHKAN YANG SANGAT SEDERHANA. SEMUA ITU PERUMPAMAAN BAGAIMANA KETIKA UMAT MANUSIA DATANG MENGHADAP ALLAH BERKUMPUL DI PADANG MAHSYAR, MENUNGGU PERADILAN DARI QÂDI RABB AL-JALÎL.

ALLAHU AKBAR 3X WALLILAHILHAMD

PADA HARI INI ADALAH HARI YANG TERISTIMEWA, DIMANA ALLAH SWT, MENAMAKANNYA SEBAGAI HARI RAYA HAJI ATAU HARI RAYA QURBAN. KARENA PADA SAAT INI, JUTAAN UMAT ISLAM YANG BERASAL DARI SELURUH PENJURU DUNIA TENGGELAM DALAM MELAKSANAKAN IBADAH HAJI DENGAN MENGUMANDANGKAN TAKBIR DAN TALBIYAH SILIH BERGANTI. DAN PADA HARI INI PULA, KITA MENGENANG PERISTIWA SEJARAH YANG AGUNG MELIBATKAN DUA TOKOH BESAR, DUA ORANG RASUL ALLAH YANG TETAP AKAN DIKENANG SEPANJANG ZAMAN.

SEJARAH PERISTIWA BERQURBAN YANG DILAKONI OLEH DUA HAMBA ALLAH YANG IKHLAS MELAKSANAKAN PERINTAH TUHAN TELAH TERLUKIS DAN TERPAHAT DALAM SATU RANGKUMAN AYAT YANG AMAT SANGAT INDAH BAHASANYA DI DALAM AL-QUR’AN. DIMANA DILUKISKAN DALAM SUATU DIALOG INTERAKTIF ANTARA NABI IBRAHIM A.S. DENGAN ANAKNYA NABI ISMAIL A.S, DITUGASKAN UNTUK MENGQURBANKAN PUTRA KESAYANGANNYA.

KETIKA NABI ISMAIL A.S, MENGINJAK USIA REMAJA (KALLOLO CAMPEDDA), SANG AYAH, YAITU NABI IBRAHIM A.S, MENDAPAT PERINTAH LANGSUNG DARI ALLAH LEWAT MIMPI YANG BENAR BAHWA IA HARUS MENGQURBANKAN ISMAIL PUTRA KESAYANGANNYA. NABI IBRAHIM A.S, DUDUK SEJURUS TERMENUNG MEMIKIRKAN UJIAN YANG MAHA BERAT YANG IA HADAPI.

DAPAT KITA BAYANGKAN SENDIRI, BAGAIMANA KEGEMBIRAAN HATI SANG AYAH YANG TELAH LAMA MENDAMBAKAN GENERASI PENGGANTI DIRINYA DARI SEKIAN TAHUN LAMANYA, DAN BAGAIMANA TINGKAT KECINTAANNYA TERHADAP PUTRA TUNGGAL, ANAK KANDUNG SIBIRAN TULANG, CAHAYA MATA, PELEPAS RINDU, TIBA-TIBA HARUS DIJADIKAN QURBAN, MERENGGUT NYAWA ANAKNYA OLEH TANGAN AYAHNYA SENDIRI.

TENTU, SUATU KONFLIK BATIN YANG BERGEJOLAK YANG TEJADI PADA DIRI NABI IBRAHIM ANTARA KECINTAAN KEPADA ANAK DAN KETAATAN MEMENUHI PERINTAH ILAHI. NAMUN, CINTANYA KEPADA ALLAH JAUH LEBIH BESAR DAN LEBIH DI ATAS DARIPADA CINTANAYA KEPADA ANAK, ISTERI, HARTA BENDA DAN MATERI KEDUNIAN LAINNYA. OLEH KARENA ITU, NABI IBRAHIM A.S, JAUH LEBIH MEMILIH PERINTAH ALLAH YANG DIWAHYUKAN LEWAT MIMPI YANG BENAR, TANPA MEMPERHITUNGKAN SERTA MEMPERDULIKAN KOSEKUENSI BAKAL APA YANG AKAN TERJADI SEBAGAI AKIBAT DARI PELAKSANAAN PERINTAH ITU.

UNTUK MELAKSANAKAN PERINTAH ITU, NABI IBRAHIM A.S, MENGAJUK HATI PUTRANYA DENGAN MENGADAKAN DIALOG SEBAGAI BENTUK KOMUNIKASI EFEKTIF ANTARA SANG AYAH DENGAN ANAK DALAM RANGKA MENDIDIK SERTA MEMBINA HUBUNGAN YANG BAIK YANG DITATA OLEH SUATU IKATAN BATIN KASIH SAYANG, KETAATAN DAN KEPATUHAN.

DALAM DIALOGNYA SEPERTI YANG DILUKISKAN DALAM BAHASA YANG SANGAT INDAH DAN MENYEJUKKAN DI DALAM AL-QUR’AN:

يآبنيّ إنّى أرى فى المنام أنى أذبحك فانظر ماذا ترى

“WAHAI ANAK KANDUNGKU, SIBIRAN TULANG CAHAYA MATA DAN BUAH HATIKU!, SESUNGGUHNYA AYAH MELIHAT DALAM MIMPI BAHWA SAYA AKAN MENYEMBELIHMU. MAKA PIKIRKANLAH APA YANG AKAN MENJADI KEPUTUSANMU”.

ISMAIL SEBAGAI ANAK YANG SOLEH, PATUH DAN TAAT KEPADA ORANG TUA YANG MELAHIRKAN DAN MEMBESARKANNYA, SEPONTANITAS MENJAWAB:

يأبت افعل ما تؤمر ستجدنى إن شآء الله من الصّابرين.

“WAHAI AYAHKU YANG TERCINTA, LAKSANAKANLAH APA YANG TELAH ALLAH PERINTAHKAN KEPADAMU. INSYA ALLAH, AYAHANDA AKAN MENYAKSIKAN SENDIRI BAHWA ANANDA SABAR SERTA TABAH MENGHADAPI UJIAN ITU”.

DALAM SUASANA PERISTIWA YANG SANGAT MENGHARUKAN ITU, DAN DETIK-DETIK YANG AMAT MENEGANGKAN, NABI IBRAHIM MEMELUK SERTA MENCIUM KENING PUTRANYA, KEMUDIAN MELETAKKANNYA DALAM KEADAAN POSISI MEMBUJUR, MULAILAH PISAU TAJAM YANG PUTIH BERKILAU DIGORESKAN DI ATAS LEHER ISMAIL, SERAYA BERUCAP BISMILLAH. TIBA-TIBA DENGAN KEKUASAAN DAN KASIH SAYANG ALLAH BUKAN ISMAIL YANG TERSEMBELIH, TAPI SE EKOR KIBAS BESAR SEBAGAI PENGGANTI YANG DIBAWA OLEH MALAIKAT, SEPERTI YANG DINYATAKAN DALAM AL-QUR’AN:

وفدينه بذبح عظيم

“DAN KAMI KUTEBUS DIA YAITU ISMAIL DENGAN SUATU SEMBELIHAN YANG BESAR”.

ALLAH AKBAR 3X WALILLHILHAMDU.

HADIRIN DAN HADIRAT JAMA’AH ID RAHIMAKUMULLAH.

DEMIKIANLAH PROLOG SEJARAH BERQURBAN, MAKA SEBAGAI EPILOG DARI PERISTIWA PENTING ITU, ALLAH SWT, MENSYARIATKAN UMAT INI BAGI ORANG YANG MAMPU SUPAYA MELAKSANAKAN QURBAN SETAHUN SEKALI PADA HARI RAYA IDUL ADHA.

BERQURBAN MEMPUNYAI DAN MEMILIKI MAKNA YANG BENILAI MULIA, BILAMANA MAKNA ESSENSI (HAKIKAT) BERQURBAN KITA TANGKAP. JADI, BERQURBAN BUKANLAH SEKEDAR RITUAL TANPA MAKNA, ATAU TERADSI TANPA ARTI.

MENURUT PANDANGAN ALI SYARIATI TERHADAP PERISTIWA QURBAN ISMAIL MENGANDUNG MAKNA YANG SIFATNYA SIMBOLISTIK. PADA DASARNYA BAHWA SEMUA ORANG BISA SAJA BERPERAN SEBAGAI IBRAHIM YANG MEMILIKI ISMAIL. ISMAIL YANG KITA MILIKI DAPAT BERWUJUD SEBAGAI ANAK, ISTERI YANG CANTIK, HARTA BENDA YANG BANYAK, PANGKAT, KEDUDUKAN YANG TINGGI, PENDEKNYA SEGALA APA YANG KITA CINTAI, YANG KITA DAMBAKAN, YANG KITA KEJAR-KEJAR DENGAN RELA MEMPERTARUHKAN SEMUA YANG KITA MILIKI.

ISMAIL-ISMAIL YANG KITA MILIKI ITU, KADANG DAN BAHKAN TIDAK SEDIKIT MEMBUAT KITA TERLENA DAN LALAI SERTA TERBUAI DARI GEMERLAPAN DUNIAWI YANG MENYEBABKAN MELANGGAR KETENTUAN MORAL,ETIKA DAN AGAMA, SEHINGGA SULIT KEMBALI MENGINGAT ALLAH SWT.

OLEH KARENA ITU BERPERANLAH SEBAGAI IBRAHIM UNTUK DAPAT MENAKLUKKAN ISMAIL-ISMAIL ITU. JANGANLAH KITA DIBELENGGU OLEH APA-APA DI DUNIA INI. JANGANLAH KITA DIPALINGKAN DARI TUHAN OLEH HAL-HAL YANG PADA HAKIKATNYA BERSIFAT SEMU DAN TIDAK ABADI. KITA BOLEH MEMILIKI APA SAJA DI DUNIA INI, ASALKAN HALAL.

BOLEH SAJA KITA MEMILIKI UANG BERMILYAR-MILYAR BANYAKNYA ASAL TIDAK MENIPU DAN MENYENGSARAKAN ORANG. BAHKAN LEBIH DARI ITU KITA BOLEH MENGUASAI DUNIA INI ATAS TAHU BATAS KEMMAPUAN KITA. AKAN TETAPI JANGAN SEKALI-KALI DUNIA YANG KITA CINTAI INI MENJADIKAN DAN MEMBIARKAN KITA TERBUAI DAN TERLENA SEHINGGA LUPA HAKIKAT DIRI KITA SEBAGAI MAKHLUK YANG BERIMAN KEPADA ALLAH SWT. DAN SEBAGAI MANUSIA YANG BERAQIDAH.

APA YANG DIGELAR NABI IBRAHIM AS. DI DALAM PANGGUNG SEJARAH PERADABAN MANUSIA IALAH MENGURBANKAN ANAKNYA SECARA MANUSIAWI MENURUT NALURI DAN PIKIRAN ORANG BIASA BAHWA TUGAS ITU ADALAH SESUATU YANG AMAT SULIT DITERIMA, AKAN TETAPI BUAT KELUARGA NABI IBRAHIM AS. HAL ITU ADALAH SUATU KEBAHAGIAAN DAN KEMULIAAN. KELUARGA NABI IBRAHIM AS.JUSTRU MENYAMBUT TUGAS ITU DENGAN SUKA CITA LANTARAN BERKESEMPATAN MENGORBANKAN SESUATU YANG PALING BERHARGA BAGI DIRINYA UNTUK ALLAH SWT., SEBAGAIMANA FIRMAN ALLAH DL QS. ALI IMRAN (3): 92

لن تنالوا البرّ حتّى تنفقوا مما تحبون.

“DAN TIDAK DIANGGAP MEMBUAT KEBAJIKAN SESEORANG DI ANTARA KALIAN SAMPAI KAMU MENGINFAQKAN APA YANG KALIAN CINTAI.”

RASA SUKA CITA YANG DIALAMI OLEH KELUARGA NABI IBRAHIM AS. UNTUK BERKORBAN DILANDASI ATAS PEMAHAMAN YANG BENAR TENTANG NILAI-NILAI KEHIDUPAN. MEREKA MENYADARI SEPENUHNYA BAHWA SEGALA SESUATU YANG ADA DI DUNIA INI: ANAK, ISTERI, HARTA, PANGKAT DAN JABATAN SEMUANYA DATANG DARI ALLAH DAN KEMBALI KEPADA ALLAH. OLEH SEBAB ITU BAGAIMANA PUN PERINTAH ALLAH HARUS DILAKSANAKAN SEBAIK-BAIKNYA TANPA MELIHAT UNTUNG DAN RUGI, ENAK TIDAK ENAK, MUDAH DAN SULIT, MAUPUN BERAT DAN RINGAN.

SIKAP YANG SEPERTI INILAH YANG MENUNJUKKAN JATI DIRI NABI IBRAHIM AS. SEHINGGA DIANUGERAHI OLEH ALLAH SEBAGAI IMAM, PEMIMPIN, TOLADAN DAN IDOLA. KEHORMATAN TERSEBUT TIDAK MUNGKIN DIRAIH TANPA NABI IBRAHIM AS. DIDAMPINGI OLEH ISTERI SALIHAH DAN ANAK YANG SALEH, SEPERTI DILUKISKAN DALAM QS. AL-BAQARAH (2): 124

وإذ بتلى أبراهيم ربّه بكلمت فاتمّهنّ ، قال إنّى جاعلك للنّأس إماما، قال ومن ذرّيتى، قال لاينال عهدى الظّلمين

“PERHATIKANLAH KETIKA ALLAH MENGUJI IBRAHIM, DENGAN BERBAGAI KALIMAT PERINTAH DAN HARAPAN, MAKA SEMUANYA DAPAT DISELESAIKAN DENGAN SEMPURNA. MAKA ALLAH BERFIRMAN: SESUNGGUNYA AKU AKAN MENJADIKANMU IMAM BAGI SELURUH MANUSIA, IBRAHIM BERKATA: DAN SAYA MOHON JUGA BUAT KETURUNANKU. ALLAH BERFIRMAN: JANJIKU INI TIDAK MENGENAI ORANG-ORANG YANG ZALIM”

ALLAHU AKBAR 3X WALLILAHILHAMD

PADA ZAMAN MODERN SOFISTICATED YANG CANGGIH INI NAMPAK JELAS DAN TIDAK TIDAK TERBANTAHKAN BAHWA LOGIKA LINGKUNGAN CINTA DUNIAWI TELAH MEREBAK DAN MEWABAH MENCEMARI PERILAKU HIDUP DAN KEHIDUPAN MANUSIA, DI MANA MANUSIA DIPANDANG SEBAGAI OBYEK, BUKAN SEBAGAI SUBYEK. KADAR NILAI MANUSIA DITENTUKAN SEBERAPA JAUH NILAI MATERI YANG DIMILIKINYA. TINGGI RENDAHNYA NILAI KEHORMATAN MANUSIA TERGANTUNG DARI LEBEL-LEBEL KEDUNIAAN YANG MELEKAT PADA DIRI MANUSIA ITU SENDIRI. WAJARLAH MANUSIA ZAMAN SEKARANG INI MERASA ASING BAHKAN BINGUNG HIDUP DI ATAS BUMI YANG MELAHIRKANNYA.

MASYARAKAT MODERN DEWASA INI MENURUT ROSSPOOLE, SEORANG CENDEKIAWAN BARAT ASAL INGGRIS, ADALAH MASYARAKAT YANG SAKIT, KARENA DI SATU PIHAK IA MEMBUTUHKAN MORALITAS SPRITUAL (MORAL AGAMA), TAPI DI PIHAK LAIN IA MEMBUAT MEMBUAT MORALITAS ITU MUSTAHIL, TIDAK ADA. MAKA YANG TERJADI ADALAH DUNIA MODERN MEMUNCULKAN PEMAHAMAN-PEMAHAMAN TERTENTU TENTANG MORALITAS TANPA KENDALI AGAMA. BAHKAN JUSTRU KEHILANGAN MORAL DAN INILAH YANG MENJADI AKAR DARI SEGALA PERMASALAHAN MENGAPA KRISIS MULTI DIMENSIONAL DI NEGARA REPUBLIK YANG TERCINTA INI TERJADI.

OLEH KARENA ITU, PENYEMBELIHAN QURBAN HARI INI SETELAH MENUNAIKAN SOLAT ‘ID INI SEPANTASNYA MEMBUAT KESADARAN BARU KE DALAM DIRI INDIVIDU SETIAP MANUSIA. KESADARAN BARU ITU IALAH MEMAHAMI AKAN HAKIKAT KEBERADAAN MANUSIA DALAM KOSMOS ALAM ALLAH, PADA TATA ATUR YANG SEDEMIKIAN SEMPURNA YANG HUKUM-HUKUM ADILNYA MENJELMAKAN SANGSI-SANGSI SETIMBANG DALAM KEKUASAAN ARASY YANG TAK TERSEPUH KEPALSUAN.

MANUSIA YANG BERKESADARAN BARU IALAH HAMBA ALLAH YANG BERINTROSPEKTIF, YANG KERAP BERTANYA SOAL HAKIKAT KEBERADAAN DIRINYA YANG MEMBANGUN DIRI DAN LINGKUNGANNYA KEPADA LIMA KUALITAS: KUALITAS IMAN YANG TINGGI, KUALITAS TAQWA YANG KOKOH, KUALITAS INTELEKTUAL YANG HEBAT, KUALITAS KARSA YANG NYATA, DAN KUALITAS KARYA MAJU.

NAMUN SAYANGNYA, PADA KENYATAANNYA MAKNA DARI KERELAAN BERQURBAN PADA HARI RAYA INI KURANG KITA HAYATI, MASIH BANYAK DI ANTARA KITA MANUSIA YANG BERPERAN DI BUNDARAN DUNIA FANA’ INI, CUMA MENANTI PENGORBANAN ORANG LAIN, BAHKAN ANDAI KEBETULAN IA MENJADI ORANG ATASAN, BERPANGKAT DAN BERKEDUDUKAN, MAKA DIPERASNYA BAWAHANNYA AGAR SUDI BERKORBAN BAGINYA DEMI KENIKMATAN EGONYA, DEMI PRESTISE KEJAYAANNYA. DAN SEBALIKNYA, ANDAI MANUSIA SEMACAM ITU MENJADI BAWAHAN, MAKA DIBEKAMNYA FITRAH CITRA LUHURNYA DEMI KONDITE SEMENTARA YANG DISANGKANYA AKAN MEMBAHAGIAKAN HIDUP DI DUNIA DAN DI AKHIRAT.

MEMANG DALAM KEHIDUPAN INI MANUSIA DICOBA DENGAN BERMACAM-MACAM UJIAN ISMAIL-ISMAIL YANG SEWAKTU-WAKTU MEMINTA PENGORBANAN. ADA KALANYA PENGORBANAN TENAGA, HARTA, PENGORBANAN PERASAAN, DAN KESENANGAN BAHKAN SUATU KETIKA MENINGKAT PADA PENGORBANAN JIWA. BERKORBAN JAUH LEBIH BAIK DAN MULIA DARI PADA MENJADI KORBAN.

ALLAHU AKBAR 3X WALLILAHILHAMD

PENYEMBELIHAN QURBAN MERUPAKAN SUATU TINDAKAN PENUNDUKAN DAN PENGUASAAN KECENDERUNGAN-KECENDERUNGAN HEWANI DALAM DIRI MANUSIA ITU SENDIRI YANG DALAM BAHASA AGAMA DISEBUT AL-NFASU AL-AMMÂRAH, YAKNI KEINGINAN-KEINGINAN RENDAH YANG SELALU MENDORONG ATAU MENARIK MANUSIA KE ARAH KEKEJIAN DAN KEJAHATAN.

APA YANG DIKORBANKAN ADALAH BINATANG SEBAGAI INDIKASI AGAR SIFAT-SIFAT KEBINATANGAN YANG SERING BERCOKOL PADA DIRI KITA HARUS DIENYAHKAN, DIBUANG JAUH-JAUH. MISALNYA: SIFAT MAU MENANG SENDIRI WALAU DENGAN MENGINJAK-INJAK HAK ORANG LAIN, SIKAP TAMAK DAN RAKUS WALAU KENYANG DARI KELAPARAN ORANG LAIN, BAHAGIA DAN SENANG WALAU MENARI-MENARI DI ATAS PENDERITAAN ORANG LAIN, MABUK KUASA DENGAN AMBISI YANG TIDAK TERKENDALI, SOMBONG, SERTA ANGKUH, IRI HATI DAN DENGKI, TIDAK RELA DISAINGI, TIDAK MAU DIKRITIK, TIDAK MAMPU MENDENGAR NASIHAT DAN LAIN SEBAGAINYA.

HIKMAT INILAH YANG DIAJARKAN DALAM BERQURBAN, SEPERTI DALAM FIRMAN ALLAH SWT. QS. AL-HAJJ (22): 37

لا ينال الله لحومها ولا دماؤها ولكن يناله التقوى منكم، كذلك سخّرها لكم لتكبّر الله على ما هدكم وبشر الـمحسنين.

“DAGING-DAGING DAN DARAH BINATANG QURBAN ITU TIDAK AKAN SAMPAI KEPADA ALLAH, TETAPI APA YANG AKAN SAMPAI KEPADANYA HANYALAH KETAQWAAN. DEMIKIANLAH DIA MEMPERUNTUKKAN BINATANG TERNAK ITU BAGIMU SEMOGA KAMU MENGAGUNGKAN ALLAH. ALLAH BERKENAN DENGAN PETUNJUKNYA KEPADAMU, LALU BERIKANLAH BERITA GEMBIRA KEPADA ORANG-ORANG YANG MEMBUAT KEBAJIKAN.”

HADIRIN DAN HADIRAT YANG BERBAHAGIA,

DI SAMPING ITU, LEWAT AJARAN PERINTAH BERQURBAN, ISLAM MENGAJARKAN, MENDIDIK, SERTA MENYADARKAN UMAT INI BAGAIMANA MEMBANGKITKAN KEPEKAAN DAN KEPEDULIAN SOSIAL KITA KEPADA SESAMA SAUDARA KITA YANG LAIN, YAITU MEMBANTU TERBINANYA PENGENTALAN PERSAUDARAAN YANG HAKIKI, CINTA KASIH DAN TANGGUNG JAWAB ANTARA SESAMA UMMAT, SERTA TERWUJUDNYA PEMERATAAN PENDISTRIBUSIAN PROTEIN HEWANI UNTUK MENINGKATKAN GIZI MASYARAKAT DALAM RANGKA MENGHASILKAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS, SEHINGGA DAPAT MENINGKATKAN PENGABDIAN-NYA KEPADA ALLAH DAN SESAMANYA.

ALLAHU AKBAR 3X WALILLAHILHAMD

SEBAGAI PENUTUP DARI URAIAN KHUTBAH INI, DAPAT DISIMPULKAN SEBAGAI BERIKUT:

1. MANUSIA TIDAK DIBENARKAN MENQURBANKAN MANUSIA LAINNYA UNTUK SESUATU KEPENTINGAN, SEKALIPUN ADALAH KEPENTINGAN TUHAN.

2. SESEORANG DITUNTUT BERKORBAN, BAIK HARTA, JABATAN DAN KEDUDUKAN, BAHKAN JIWA SEKALIPUN, TETAPI JANGAN SEKALI-KALI MEMBAWA EFEK YANG MERUGIKAN ORANG LAIN. PRINSIPNYA, LEBIH BAIK BERKORBAN DARI PADA JADI KORBAN.

3. NILAI PENGORBANAN TIDAK DILIHAT DARI KUANTITAS, TETAPI DARI NIAT DAN KUALITAS KETULUSAN DAN KEIKHLASAN.

4. BERQURBAN ADALAH UPAYA UNTUK MENYEMBELIH SERTA MEMBUNUH WATAK TABIAT HEWANIYAH MANUSIA, SEPERTI: MAU MENANG SENDIRI, TAMAK DAN RAKUS SERTA BAKHIL, GILA KEKUASAAN, AMBISI YANG TDK TEREKENDALI, SOMBONG DAN AROGANSI, IRI HATI DAN DENGKI, TIDAK MAU MENDENGAR KRITIKAN DAN NASEHAT, DAN LAIN-LAIN SEBAGAINYA DARI SEGALA SIFAT YANG TIDAK TERPUJI.

5. IBADAH QURBAN MENGANDUNGI ASPEK ILAHIAH, DISAMPING ASPEK INSANIAH. DALAM ASPEK INSANIAH (SOSIAL) ADALAH MENUMBUHKAN KEKENTALAN PERSAUDARAAN (SILATURRAHIM) DAN MENINGKATKAN PROTEIN HEWANI DALAM RANGKA MENDORONG SEMANGAT PENGADIAN KEPADA ALLAH DAN SESAMA MANUSIA LAINNYA.

ALLAHU AKBAR, 3X WALILLAHILHAMD

HADIRIN HADIRAT RAHIMAKUMULLAH,

MARILAH KITA BERSAMA-SAMA MENGANGKAT TANGAN SERAYA MEMOHON DO’A KEHADIRAT ALLAH SWT.

– YA TUHAN KAMI, KAMI MENUNDUKKAN DIRI KAMI UNTUK MEMANJATKAN PUJI DAN SYUKUR KEHADIRATMU BAHWASANYA ENGKAU MAHA BESAR, TIADA TUHAN MELAINKAN ENGKAU, SEGALA PUJI DAN PUJA HANYALAH MILIKMU.

– YA TUHAN KAMI, ENGKAU TELAH MENGANUGERAHKAN KEPADA KAMI ALAM UNTUK KESEJAHTERAAN KAMI, ENGKAU TELAH TURUNKAN KEPADA KAMI AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP KAMI, DAN ENGKAU TELAH MENYERU KEPADA KAMI AGAR KAMI SENANTIASA MENGKAJI ALAM CIPTAANMU DAN AL-QUR’AN WAHYUMU, KAMI SADAR BELUM DAPAT MEMENUHI SERUAN ITU SESUAI DENGAN PETUNJUKMU. OLEH KARENA ITU YA ALLAH JADIKANLAH KAMI DAN ANAK CUCU KAMI YANG TETAP DI DALAM HIDAYAHMU DAN KAMI TETAP MENDIRIKAN SALAT.

– YA ALLAH LIMPAHKANLAH REZEKI YANG ENGKAU BERKATI DAN JADIKANLAH REZEKI ITU SEBAGAI ALAT UNTUK MEMPERKOKOH SILATURAHMI DI ANTARA KAMI, DAN BUKAN MENJADI BALA’ ATAU SSUMBER BENCANA ATAS KAMI.

– YA ALLAH, YA GAFFÂR AMPUNILAH DOSA DAN KESALAHAN KAMI, AMPUNILAH SEGALA DOSA DAN KESALAHAN AYAH DAN IBU KAMI, SAYANGILAH MEREKA SEBAGAIMANA MEREKA MENYAYANGAI DAN MENDIDIK KAMI SEWAKTU KECIL.

اللهمّ أنّا نسألك الثّبات فى الأمر ونسألك عزيمة الرّشد ونسألك شكر نعمتك وحسن عبادتك ونسآلك لسانا صادقا وقلبا سليما وخلقا حسنا، ونعوذبك من شرور أنفسنا ومن شرّ ما تعلم ونسألك من خير ماتعلم ونستغفرك مما تعلم إنّك أنت علّام الغيوبز ربّنا تقبّل منّا إنّك أنت السّميع العليم وتب علينا إنّك أنت توّاب الرّحيم، ربّنا آتنا فى الدّنيا حسنة وفى الآخرة حسنة وقينا عذاب النّار.

Kamis, 24 Agustus 2017

Menjaga hati para guru

 MENJAGA HATI PARA GURU






kajian bathin bersama alfaqir FARID ALI murid tuan syeikh alqutb miftaahul kunuuz assayyidilhabib habibana AHMAD IBN ISMAIL ALAYDRUS.



بسم الله الرحمن الرحيم

MENJAGA HATI PARA GURU

Alloh berfirman menerangkan kisah Nabi Musa AS bersama Nabi Khidir AS :

قال له موسى هل أتبعك علَى ان تعلمني مما علمْت رشدا

Musa berkata kepada Khidir ,, “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu ?” (QS Al-Kahfi 66)

Berkata Imam al Junaid, Ketika Nabi Musa AS ingin bersama Nabi Khidir AS, maka Nabi Musa AS disyaratkan untuk menjaga kesopanan yang telah disepakati dengannya. Syarat ini berkaitan dengan permintaan izin Nabi Musa AS untuk diperbolehkan bersahabat dengan Nabi Khidir AS, kemudian Nabi khidir AS memberikan syarat kepada Nabu Musa AS utuk tidak menentang atau memprotes keputusannya. Kemudian ketika Nabi Musa AS tidak menepati peraturan yang pertama dan kedua, maka kekeliruan Nabi Musa AS ini dimaafkan. Akan tetapi ketika pelanggaran itu sampai ketiga kalinya, tiga merupakan batas terakhir, maka Nabi Khidir AS memutuskan untuk berpisah dengannya seraya mengatakan,

هذا فراق بيني وبينك

“Inilah perjalanan antara aku dan kamu”. (QS Al-Kahfi 78).

RasuluLlah SAWW bersabda, “Tidaklah anak muda memuliakan seorang guru karena umurnya, melainkan Alloh akan mentakdirkannya di masa tuanya dengan dijadikan orang lain yang akan berganti menghormati (memuliakannya).”

Syaikh Abu Ali Ad-Daqaq RahimahuLlah berkata, “awal setiap perpisahan adalah karena adanya pelanggaran, yakni orang yang melanggar gurunya sehingga ia tidak lagi tetap pada thariqah (jalan) gurunya dan hubungan antara keduanya menjadi terputus, walaupun keduanya berada dalam satu tanah. Barang siapa yang bersahabat dengan seorang syaikh atau guru kemudian menentangnya dengan hatinya, maka ia telah merusak perjanjian hubungan murid dengannya, dan ia wajib bertobat”.

Berkata seorang Syaikh, “Menentang guru tidak ada taubatnya (secara sempurna)”.

Syaikh Abu AbdruRrahman As-Sulami berkata, “Saya pernah keluar menuju Marwa di saat guru saya Al-Ustadz Abu Sahal Ash-Sha’luki masih hidup. Sebelum saya keluar beberapa hari yang lalu, dia mengadakan majlis pembacaan Al-Qur’an dan khataman. Ketika pulang, saya melihat dia sedang menggantikan majlis ini dan mengadakan pembicaraan dengan Abul Ghaffani pada saat itu. Saat itu hati saya merasa tidak setuju dan bergumam dalam diri saya sendiri, “Dia telah menggantikan majlis khataman dengan majlis pembicaraan”. Di hari yang lain, guru saya berkata kepada saya, “Wahai Abu AbduRrahman, apa yang dikatakan orang-orang tentang saya ?” Jawabku, “Mereka mengatakan bahwa tuan guru telah menggantikan majlis khataman Al-Qur’an dengan majlis pembicaraan”. Lalu Ustadz Abu Sahal Ash-Sha’luki menjawab dengan menjelaskan, “Barang siapa yang berkata kepada gurunya dengan mengatkan mengapa atau untuk apa, maka ia tidak akan beruntung selamanya”.

Telah diketahui bersama bahwa Al-Junaid berkata, “Saya pernah datang kepada Sarry As-Saqthi di suatu hari. Dia menyuruh saya untuk mengerjakan sesuatu, dan saya melaksanakannya dengan cepat. Ketika saya kembali kepadanya, ia memberi saya selembar kertas dengan berkata,” Inilah tempat pelaksananamu tentang keperluan saya yang kamu laksanakan dengan cepat”. Kemudian saya membaca tulisan kertas tersebut yang ternyata tertulis : “Saya mendengar seorang penggiring onta mendendangkan lagu di lembah :

Saya menangis

Tahukah kamu apa yang menyebabkan aku mnangis ?

Saya menangis karena takut kamu akan meninggalkanku

Dan takut kamu akan memutuskan tali hubunganku

Serta kamu biarkan aku hidup sendiri.

Diriwayatkan dari Abul Hasan Al-Hamdani Al-Alawi yang berkata, “Di suatu malam saya berada di tempat Abu Ja’far Al-Khuldi, saya diperintahkan untuk menggantungkan burung di sangkar di rumah saya, maka saya mengikuti petunjuknya. Kemudian Ja’far berkata kepadaku,, ‘Bangunkanlah di waktu malam’. Maka sayapun mengajukan suatu alasan (pertanyaan kepadanya) kemudian pulang ke rumah dan mengeluarkan burung dari sangkarnya. Burung itu berhenti di hadapan saya. Tiba-tiba muncul seekor anjing yang masuk lewat pintu , membawa burung tersebut ketika orang-orang yang hadir lengah. Ketika pagi hari tiba, saya datang kepada Ja’far. ketika dia melihatku, dia berkata, “Barang siapa tidak menjaga perasaan para guru maka Alloh akan menyuruh anjing untuk menyakiti (mengganggunya).”

AbduLlah ar-Razy telah mendengar Abu Utsman Said Al-Hirri menerangkan sifat Muhammad bin Al-Fadhal Al-Balkhi dan memujinya. AbduLlah ingin sekali mengunjunginya. Ketika mengunjunginya, hati AbduLlah tidak terkesan dengan Muhammad bin Al-Fadhal sebagimana yang diduga sebelumnya karena itu, AbduLlah kembali kepada Abu Utsman.

“Bagaimana kamu dapati dia ?”Tanya Abu Utsman.

“Saya menemuinya tidak seperti yang saya kira”. Jawab AbduLlah

“Karena kamu menganggap kecil (meremehkannya) . ketahuilah tidak seorangpun yang meremehkan orang lain melainkan ia akan dihalangi faedah darinya, karena itu kembalilah kepadanya dengan penuh penghormatan”.

AbduLlah akhirny kembali kepada Muhammad bin Al-Fadhal Al-Balkhi, dan dalam kunjungnnya itu dia membawa banyak manfaat.

Ustadz Abu Ali Ad-Daqaq berkata, “Ketika penduduk Balkh mengusir Muhammad bin Al-Fadhal dari daerahnya, dia mendoakan mereka, “Ya Alloh hilangkanlah kejujuran dari mereka.” Maka di daerah Balkh sesudah itu tiada seorangpun yang bisa dipercaya’”.

Ahmad bin Yahya Al-Abiwardi rahimahuLlah berkata.”Barangsiapa yang diridhai gurunya maka sepanjang hidupnya tidak dibalas (kejelekan) oleh Alloh agar rasa ta’zimnya kepada gurunya tidak hilnag. Ketika guru itu telah meninggal, maka Alloh menampakkan balasan keridhaan gurunya. Barang siapa yang gurunya tidak meridhainya maka maka selama hidup guru itu tidak diberi balasan oleh Alloh agar guru tersebut tidak menaruh belas kasihan kepdanya. Sesungguhnya para guru diciptakan sebagai orang-orang yang mulia. Ketika guru itu telah meninggal, maka murid tersebut akan memperoleh balasannya.

semoga kita dan keturunan kita mendapat barokah dan keselamatan dunia akhirat sabab menghurmat dan akhlaq kepada guru ...aamiin aamiin aamiin yaa robbal ٘aalamiin..

ﺑَﺎﺭَﻙَ ﺍﻟﻠّﻪُ ﻟَﻚَ ﻭَﺑَﺎﺭَﻙَ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﻭَﺟَﻤَﻊَ ﺑَﻴْﻨَﻜُﻤَﺎ ﻓِﻲ ﺧَﻴْﺮِ

Jumat, 21 Juli 2017

Senin, 10 Juli 2017

Keutamaan istighfar




Mungkin banyak kaum muslimin yang belum mengetahui faedah-faedah istighfar. Ia bukanlah kalimat yang diucapkan ketika meminta ampun kepada Allah Ta’ala semata.
Saudaraku, ia adalah kalimat yang ringan diucapkan, namun begitu jarang kita mendengarnya. Sesungguhnya jika kita menjadikannya sebagai salah satu kalimat dzikir di sela-sela waktu kita, niscaya simpul-simpul kesulitan akan dibuka oleh Allah Ta’ala. Dan pintu-pintu rizki akan dibukakan olehNya.
Semoga lisan kita senantiasa mengucapkan istighfar kepada Allah Ta’ala.

Orang yang mengucapkan istighfar bukan cuma orang yang berbuat salah.
Akan tetapi mengucapkan istighfar di peruntukan untuk semua alam

Pernah diceritakan oleh guru saya suatu malam kami berkumpul di rumah kediaman tuan guru, beliau menjelaskan amalan apa yang menghilangkan rezeki.

Yang pertama rezeki tidak datang kepada orang-orang yang mempunyai ilmu kanuragan seperti ilmu tidak mempan di bacok ilmu tekbal,
Yang kedua orang yang melakukan zina,
Dan yang ketiga durhaka kepada orang tua.
Melakukan dosa besar, tegasnya beliau bicara.

Lalau apa yang kita lakukanlah jika kita melakukannya tanya, tanya teman kala itu

Guru pun menjawabnya "perbanyak istighfar" .

Pertemuan pun dilanjutkan dengan cerita para ulama-ulama nusantara.

Diakhiri dengan do'a diwaktu mustazab 01:00.

Waallahualam bisawab.

Kamis, 15 Juni 2017

Renungan malam mulia

Renungan malam mulia romadhon...
semoga manfaat yaa jii..

Lapor Tuhan…
Oleh : Abu Hafidzh Al Faruq

adabLaporan adalah informasi, laporan bisa disampaikan secara tertulis maupun lisan. Pada instansi resmi biasanya laporan disampaikan secara tertulis bahkan seringkali harus dipresentasikan atau diexpose. Laporan biasanya juga diminta secara periodik seperti harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Laporan ini dibutuhkan untuk mengevaluasi kinerja suatu kegiatan atau aktivitas terhadap objek tertentu. begitulah defenisi singkat saya tentang laporan. Dalam hubungan manusia dengan Tuhan dalam konteks hamba dengan Khalik, mutlak diperlukan laporan yang lebih intens oleh si hamba kepada Tuhan, kapan saja, dimana saja dan tentang apa saja yang ingin dilaporkan tanpa ada suatu batasan apapun mengenai waktu, tempat, objek yang dilaporkan dan tanpa harus melewati  protokoler apapun untuk melapor kepada Tuhan. Perbedaan antara laporan manusia dengan manusia dan laporan antara manusia dengan Tuhan adalah, kalau laporan manusia dengan manusia biasanya yang meminta laporan adalah atasan anda, atasan anda yang meminta laporan anda untuk melihat kinerja anda sedangkan laporan manusia dengan Tuhan adalah atas inisiatip anda sendiri karena andalah yang butuh ”melaporkan” itu, bukan Tuhan.

Melapor kepada Tuhan tentulah berbeda dengan laporan komandan upacara kepada inspektur upacara. Laporan kepada inspektur upacara itu mirip mirip membentak. ’Lapor! Upacara siap untuk dilaksanakan! Laporan selesai!’ begitulah saya membentak kepala sekolah kami pagi senin itu dan beliau langsung menimpali ’laksanakan!’. Melapor kepada Tuhan tentulah di awali dengan puji pujian dulu seperti ’segala puja dan puji bagiMu Tuhan.., Engkau maha pengasih lagi maha penyayang… dan seterusnya.. dan sebagainya… kalau diterjemahkan dalam bahasa arab sperti ini ’alhamdulillahirrabbil ’alamin.. arrahmannirrahim.. dst.., dsb.., itupun kalau anda orang arab, kalau bukan pakailah bahasa yang anda mengerti, bahasa Ibu anda, begitulah Guru saya berpesan. Setelah puji pujian barulah anda melapor semisal tunjukilah aku jalan lurus dan benar, bahasa arabnya ihdinassirattal mustaqim.. itupun kalau yang anda butuhkan adalah jalan yang lurus dan benar. Kebutuhan anda dan saya tentulah berbeda, pada saat saya butuh dana segar 10 milyar misalnya tentulah saya meminta suntikan dana segar 10 milyar, saya tidak akan meminta jalan yang lurus. Kalau orang lain butuh anaknya lulus tes CPNS misalnya mintalah agar lulus tes CPNS jangan minta jalan lurus dan benar, gak nyambung soalnya.

Melapor itu lebih mirip sharing (berbagi) sebenarnya daripada berdoa. Sharing itu akrab layaknya anda dengan orang orang terdekat anda ketika anda minta pendapat, ada komunikasi dua arah yang terjadi. Contoh, dikisahkan ketika istri terakhir Nabi Ayub meninggalkan beliau karena tidak tahan menyertai Nabi yang sedang menerima cobaan Tuhan bertubi tubi dan berkepanjangan, Ayub berkata kepada istrinya ’kalau engkau kembali kepadaku, aku akan menderamu 100 kali. Ketika cobaan Tuhan mereda, kesehatan Nabi Ayub membaik diikuti dengan kepulihan ekonomi beliau dan menjadi kaya lagi, sang istri terakhir pun kembali kepada beliau, pada saat itulah Nabi Ayub kebingungan dan melapor kepada Tuhanya. Tuhan, aku harus melaksanakan janjiku menderanya 100 kali tapi aku tidak tega, kemudian Tuhan memberikan solusi dan berfirman kepadanya ’ambillah seratus lidi dan kumpulkanlah lidi lidi itu kemudian pukulkan sekali ke tubuh istrimu’. Sungguh Ayub telah mendapat pencerahan luar biasa ketika Ayub yang  berkonsep 1 x 100 kebingungan dan Tuhan menawarinya konsep 100 x 1 dengan hasil yang sama tetapi memberikan efek yang jauh berbeda. Inilah gunanya melapor.

Lalu seberapa pentingkah melapor kepada Tuhan? Saudara, semua orang tahu kalau bersetubuh itu haram meskipun dengan istri sekalipun selama berpuasa. Ketika bulan  Ramadhan saat Nabi Muhammad SAW sedang duduk duduk dengan para sahabat, ada seseorang yang datang kepada Rasulullah melapor dan terjadilah ilustrasi dialog kira kira seperti di bawah ini :

Orang melapor ; ya Rasulullah, saya tidak tahan ya Rasulullah, saya telah menggauli istri saya

Rasulullah         ; merdekakan olehmu seorang budak

Orang melapor  ; saya tidak punya uang ya Rasulullah

Rasulullah         ; ganti puasamu dengan puasa 60 hari berturut turut pada bulan yang lain

Orang melapor  ; 1 hari saja saya tidak mampu ya Rasulullah, bagaimana saya mampu puasa 60 hari berturut turut?

Rasulullah         ; kalau begitu berilah makan 60 orang fakir miskin

Orang melapor  ; saya orang miskin ya Rasulullah, saya tidak mampu memberi makan fakir miskin

Rasulullah         ; ya sudah, bagikan ini kepada orang miskin di tempatmu (sambil nabi memberikan sekeranjang kurma kepada orang melapor tadi)

Orang melapor  ; ya Rasulullah, saya adalah orang termiskin di tempat saya.

Rasulullah         ; ya sudah, bawalah pulang anggur itu untukmu

Orang melapor  ; terima kasih ya Rasulullah..

Saudara, kalau lah kita ada di selingkar duduk Nabi pada saat itu mungkin kita sendiri akan iri sambil berguman ’ini orang sudah melakukan kesalahan kok malah dapat hadiah pulak?!!’. Akhirnya halal haram boleh atau tidak menjadi tidak penting lagi disini, yang penting adalah MELAPOR! Kalau orang yang melapor tadi tidak tahu Tuhan dia melapor saja kepada Nabi, ketika Nabi tidak memberi sanksi apapun dan malah memberi hadiah kepada si orang tadi, itu sudah menjadi tanggung jawab Nabi lah kepada Tuhan.

Ini cerita dari Guru saya, ketika muda Guru saya bekerja pada sebuah keluarga kaya di ujung pulau seberang, pada saat berencana hendak mengunjungi Gurunya di Medan Sumatera Utara, Guru saya muda telah jauh jauh hari melapor kepada majikannya minta diijinkan cuti pada hari H untuk mengunjungi Gurunya di Medan. Sambil bekerja Guru saya muda menanam bunga yang memperkirakan hasilnya nanti bisa digunakan untuk ongkos keberangkatan ke Medan. Perjalanan ke Medan adalah perjalanan sehari semalam di darat ditambah tiga hari dua malam kapal berlayar. Guru saya muda telah memperkirakan dengan cermat kapan harus menanam supaya hasilnya bisa digunakan tepat pada waktunya menjelang hari H. Apa yang tejadi saudara? Justru pada saat  panen bunga tiba, tanamannya mati semua. Hancurlah perasaan Guru saya yang telah menaruh harapan besar pada satu satunya harapan agar bisa mengunjungi Gurunya di Medan. Maha suci Tuhan, kemudian Guru saya mengambil air wudhu dan setelah selesai sembahyang dan masih di atas tikar sembahyangnya Guru saya melapor.. Tuhan, aku sudah menanam bunga yang hasilnya bisa aku pakai untuk ongkos pergi ke Medan, tapi… kini bunga bunga itu mati, bagaimana aku bisa mengunjungi Guruku Tuhan?.. sambil bercerita Guru saya bertanya kepada kami, menangiskah sambil melapor? Kami mengangguk sambil menjawab lirih serempak ’iyaa..’. Guru saya menimpali dengan suara yang keras dan panjang ’MEENAANGIIS!!’.  Kata Guru barusan sangat mempertegas kepada kami bahwa melapor kepada Tuhan, berkeluh kesah kepada Tuhan adalah dengan segenap perasaan dan jiwa.  Guru melanjutkan ceritaNya.. apa kata Tuhan? Seolah olah Guru bertanya kepada kami dan kemudian melanjutkan ’Heii MALAIKAT!!! KAU URUS ITU SI … (sambil menyebut namanya sendiri)’. Guru saya melanjutkan bahwa ketika selesai Guru saya muda melipat tikar sembahyangnya, sang majikan datang sambil membawa amplop tebal yang berisi uang dan menyerahkannya kepada Guru saya muda sambil berkata ’kapan berangkat? Ini untuk ongkos di jalan, pergi dan pulang beserta uang saku di jalan…’. ALLAH MAHA KAYA, ALLAH MAHA KAYA, ALLAH MAHA KAYA…

Saudara sekalian, pada saat menanam bunga Guru saya muda memperkirakan hasilnya hanya cukup untuk ongkos pergi saja, setelah melapor, Tuhan memberikan lengkap ongkos pergi dan ongkos pulang tambah uang saku.

Saudara sekalian, statemen yang kita tangkap adalah yang penting MELAPOR!. Statemen ini hanya berlaku bagi saudara saudara yang sudah mengenal Tuhannya, bagi yang belum silahkan cari dulu Tuhannya, kalau tidak bisa mencari Tuhan carilah dulu orang yang sudah mengenal Tuhan biar ada yang bimbing. Terima kasih.

Saudaraku,

Melaporlah pada saat senang agar Tuhan juga mau mendengar laporan kita pada saat susah

Melaporlah pada saat banyak uang agar Tuhan juga mendengar laporan pada saat kita tak punya uang

Melaporlah pada saat bahagia agar Tuhan menemani kita pada saat sengsara

Melaporlah…

Rabu, 14 Juni 2017

UJIAN SEORANG MURID

Renungan seorang murid kepada gurunya .

UJIAN SEORANG MURID

Junaid Al-Baghdadi, seorang tokoh sufi, mempunyai anak didik yang amat ia senangi. Santri-santri Junaid yang lain menjadi iri hati. Mereka tak dapat mengerti mengapa Syeikh memberi perhatian khusus kepada anak itu.
Suatu saat, Junaid menyuruh semua santrinya untuk membeli ayam di pasar untuk kemudian menyembelihnya. Namun Junaid memberi syarat bahwa mereka harus menyembelih ayam itu di tempat di mana tak ada yang dapat melihat mereka. Sebelum matahari terbenam, mereka harus dapat menyelesaikan tugas itu. Satu demi satu santri kembali ke hadapan Junaid, semua membawa ayam yang telah tersembelih.
Akhirnya ketika matahari tenggelam, murid muda itu baru datang, dengan ayam yang masih hidup. Santri-santri yang lain menertawakannya dan mengatakan bahwa santri itu tak boleh melaksanakan perintah Syeikh yang begitu mudah.
Junaid lalu meminta setiap santri untuk menceritakan bagaimana mereka melaksanakan tugasnya. Santri pertama berkata bahwa ia telah pergi membeli ayam, membawanya ke rumah, lalu mengunci pintu, menutup semua jendela, dan membunuh ayam itu. Santri kedua bercerita bahwa ia membawa pulang seekor ayam, mengunci rumah, menutup jendela, membawa ayam itu ke kamar mandi yang gelap, dan menyembelihnya di sana. Santri ketiga berkata bahwa ia pun membawa ayam itu ke kamar gelap tapi ia juga menutup matanya sendiri. Dengan itu, ia fikir, tak ada yang dapat melihat penyembelihan ayam itu. Santri yang lain pergi ke hutan yang lebat dan terpencil, lalu memotong ayamnya. Santri yang lain lagi mencari gua yang amat gelap dan membunuh ayam di sana.
Tibalah giliran santri muda yang tak berhasil memotong ayam. Ia menundukkan kepalanya, malu karena tak dapat menjalankan perintah guru, “Aku membawa ayam ke rumahku. Tapi di rumahku tak ada tempat di mana Dia tak melihatku. Aku pergi ke hutan lebat, tapi Dia masih bersamaku. Bahkan di tengah gua yang teramat gelap, Dia masih menemaniku. Aku tak boleh pergi ke tempat di mana tak ada yang melihatku.”
Sang Guru menjelaskan bahwa murid inilah yang sudah benar-benar sampai kepada pelajarannya dimana dia selalu diawasi oleh Allah SWT.
Mungkin sebagian kita sudah pernah mendengar cerita diatas dan tentu saja kita semua mempunyai kesimpulan yang berbeda. Cerita di atas mengajarkan kita bahwa di dalam menuntut ilmu mempunyai adap dan aturan tersendiri salah satunya kita dilarang iri terhadap sesama murid. Bisa jadi dalam pandangan kita Guru memberikan perhatian lebih terhadap seorang murid dan kita dilarang untuk cemburu. Guru sangat mengetahui bagaimana harus memperlakukan murid-muridnya dan Guru membagi kasih sayang yang sama kepada seluruh murid, cuma pandangan kita melihat seolah-olah ada yang lebih disayang.
Seorang Guru akan tahu jenis apa calon murid yang datang kepadanya, apakah jenis keledai atau  kuda sembrani, sejenis ayam sayur atau ayam bangkok dan Guru akan mendidik sesuai dengan bakat masing-masing. Kita tidak boleh iri dan dengki kepada saudara kita.
Suatu hari pernah seorang Guru Sufi memberikan suatu rahasia kepada muridnya dalam pertemuan empat mata  dan berpesan, “Rahasia ini jangan kau beritahukan kepada siapapun”. Kemudian dihari lain Guru Sufi memberikan rahasia kepada murid yang lain dan kembali berpesan, “Rahasia ini jangan kau beritahukan kepada siapapun”. Begitulah seterusnya sehingga seluruh murid diberitahukan rahasia itu. Antara sesama murid tidak ada yang tahu bahwa saudaranya juga diberitahukan rahasianya yang sama.
40 hari kemudian dari kesemua murid mulai berubah tingkah lakunya. Ada yang bersikap sombong karena merasa dia murid yang terbaik dan cuma dia yang mengetahui rahasia Guru. Murid yang lain memberitahukan kepada kawannya, “Aku diberitahukan rahasia hebat oleh Guru dan tidak boleh aku ungkapkan kepada siapapun”. Diantara banyak murid hanya sedikit yang bersikap seperti biasa dan tetap melaksanakan tugas-tugas yang diberikan Guru, bersikap santun dan hormat kepada saudaranya. Dan murid yang sedikit inilah dalam pandangan Guru telah berhasil melampaui ujiannya.
Mari kita tumbuhkan kesadaran dalam diri kita bahwa tidak ada yang hebat dari murid Guru, yang hebat adalah Guru sedangkan murid akan tetap murid. Kalaupun diberikan suatu kekeramatan itu tidak lain merupakan bentuk kasih Guru kepada kita dan kita tidak akan mampu menduduki maqam itu secara abadi.
Banyak murid-murid Guru yang tergelincir disini, merasa sudah hebat dan bisa melakukan apapun akhirnya tanpa sadar durhaka kepada Guru. Godaan terberat dan terhebat bukan berasal dari Iblis akan tetapi Ujian terberat itu ketika Tuhan langsung menguji kita dengan berkata, “Wahai hambaKu, kau sudah boleh begini, kau sudah boleh begitu, kau sudah mencapai maqam itu, kau sudah jadi wali anu”. Disinilah terkadang silapnya sang murid menurutinya tanpa menanyakan berulang kali kepada Tuhan sebagaimana Nabi Ibrahim bertanya berulang kali saat diperintahkan menyembelih anaknya.
Penutup tulisan ini saya mengutip nasehat Syekh Naqsyabandi kepada murid-muridnya mudah-mudahan berguna untuk kita semua:
“Suatu saat kalian akan berada pada maqam sangat tinggi, bisa terbang, kebal, bisa menghilang dan bahkan kalian bisa menghidupkan orang mati. Akan tetapi ingatlah wahai muridku, bahwa itu bukan maqam kalian tapi itu maqam Gurumu, kalau kalian tetap disitu maka tanpa sadar akan disusupi oleh syetan. Kembalikan semua itu kepada-Nya dan teruslah merendah dan menjadi murid yang baik. Guru itu adalah murid yang siddiq dari Gurunya”.

Senin, 29 Mei 2017

Ada 3 akan yang didapat jika kita meninggalkan para ulama

ADA 3 AJAB YANG DI DAPAT JIKA KITA MENINGGALKAN PARA ULAMA



sebagian orang yang suka mendiskreditkan 1 atau sekelompok ulama. Kemudian mereka meninggalkan dan tidak mengambil pendapat atau fatwa mereka, serta berlepas diri dari bimbingan mereka… Lalu apa dampak dan resikonya? Padahal di sebutkan di dalam satu hadits, para Ulama ini adalah “Delegasi” Allah di muka bumi atas makhluknya. Merekalah yang mewarisi ilmu dari para Nabi.

Jika benar manusia sekarang sudah lari dan menjauhi ulama’ maka ada 3 adzab yang menimpa umat ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits

سَيَأْتِيْ زَمَانٌ عَلَى اُمَّتِيْ يَفِرُّوْنَ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَالْفُقَهَاءِ فَيَبْتَلِيْهِم اللهُتَعَالَى بِثَلاَثِ بَلِيَّاتٍ:
Akan datang kepada umatku suatu masa dimana mereka lari menjauhi ulama’ dan fuqoha’ (ahli fiqih), maka Allah menurunkan tiga bala’ untuk mereka.

Pertama



اُوْلاَهَا يَرْفَعُ بَرَكَةَ مِنْ كَسْبِهِمْ
Allah menghilangkan barokah dari usaha mereka

Benarkah saat ini mencari harta yang barokah sulit? Kalau tidak benar kenapa para konglomerat nakal, para pejabat korup yang sudah berharta trilyunan masih gila harta, masih memakan harta rakyat? Jawabnya Karena hartanya sudah tidak barokah. Hasil usaha yang tidak barokah pasti membawa dampak negatif, bila dimakan tidak menambah kenyang tapi malah kurang dan semakin rakus.

Makanan yang masuk menyebabkan tubuh malas beribadah, dan kebanyakan berakhir menjadi suatu penyakit. Harta yang tidak barokah bila digunakan untuk biaya pendidikan anak bukannya menjadikan anak semakin baik melainkan malah menjadi semakin buruk, digunakan berfoya-foya, zina, narkoba, setidaknya menyebabkan anak berani terhadap orang tua. Lantas jika ingin selamat dari harta yang tidak barokah jalan satu-satunya adalah mendekat pada para ulama’.

Kedua

وَالثَّانِيَةُ يُسَلِّطُ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا ظَالِمًا
Allah mengangkat penguasa untuk mereka, penguasa yang dlolim.

Akibat jauh dari para ulama’, banyak diantara kita memilih pemimpin, pejabat, anggota dewan bukan lagi atas dasar kemampuannya berbuat adil tetapi karena ketenarannya, atau karena obral janjinya, atau karena obral hartanya. Sehingga ketika menjabat mereka bukannya menjadi pengayom rakyat, pembawa suara rakyat, malah memakan harta rakyat.

Ketiga

وَالثَّالِثَةُ يَخْرُج. ُ مِنَ الدُّنْيَا بِغَيْرِ اِيْمَان
ٍMereka keluar dari dunia (mati) dalam keadaan tanpa iman. Dengan kata lain Su’ul Khatimah. Dan inilah Azab yang paling ditakutkan, naudzu billahi min dzalik.

Jika hal ini terjadi maka kesengsaraan yang dialami bukan tahunan melainkan kekal selama-lamanya disiksa di api neraka.

Oleh karena itu, Bila menghormati para ulama diperintahkan, maka sebaliknya menghina dan merendahkan mereka dilarang, sungguh betapa mengerikan jika ada seorang muslim berani menghina Ulama Shalafus Shalih, ingin tahu bahayanya lainnya??



1. Menghina ulama akan menyebabkan rusaknya agama

Berkata Al-Imam Ath-Thahawi –rahimahullah- :

“Ulama salaf dari kalangan ulama terdahulu, demikian pula para tabi’in, harus disebut dengan kebaikan. Maka siapa yang menyebut mereka dengan selain kebaikan maka dia berada di atas kesesatan”

Berkata Al-Imam Ibnul Mubarak –rahimahullah- :

“Siapa yang melecehkan ulama, akan hilang akhiratnya. Siapa yang melecehkan umara’ (pemerintah), akan hilang dunianya. Siapa yang melecehkan teman-temannya, akan hilang kehormatannya”

Dan mencela ulama termasuk diantara dosa-dosa besar.

2. Orang yang menghina ulama sama artinya dia mengumumkan perang kepada Allah. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits tentang wali Alloh yang diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari -rahimahullah- dari Abu Hurairah –radhiyallohu ‘anhu- :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْآذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ – …رواه البخاري
Dari Abu Hurairah”Sesungguhnya Allah ta’ala telah berfirman :

‘Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya…[HR. Al Bukhari]

Dan para ulama, mereka adalah termasuk wali-wali Allah.

3. Orang yang menghina ulama sengaja mencampakkan dirinya untuk terkena do’a dari seorang alim yang terzhalimi. Hal ini sebagaimana kisah salah seorang Shahabat yang bernama Sa’ad bin Abi Waqqash –radhiyallohu ‘anhu- dan beliau termasuk salah seorang dari 10 Shahabat yang dijamin dengan Surga.

4. Orang yang mencibir para ulama maka ia akan dijerumuskan kepada apa yang ia tuduhkan kepada ulama itu.

Berkata Ibrahim An-Nakha-i –rahimahullah- :

“Aku mendapati dalam jiwaku keinginan untuk membicarakan aib seseorang; akan tetapi yang mencegahku dari membicarakannya adalah aku khawatir jika aib orang itu ternyata menimpa diriku”

5. Orang yang merasa lezat dengan meng-ghibah para ulama maka ia akan diberikan su-ul khatimah (akhir kehidupan yang jelek)

Al-Qadhi Az-Zubaidi, ketika dia meninggal dunia lisannya berubah menjadi hitam, hal ini dikarenakan dia suka mencibir Al-Imam An-Nawawi.

6. Daging para ulama itu beracun Berkata Imam Ahmad bin Hanbal –rahimahullah- :

“Daging para ulama itu beracun. Siapa yang menciumnya maka ia akan sakit. Siapa yang memakannya maka ia akan mati.”

7. Mencela ulama merupakan sebab terbesar bagi seseorang untuk terhalangi dari dapat mengambil faidah dari ilmu para ulama.

Berkata Al-Imam Hasan Al-Bashri –rahimahullah- : “Dunia itu seluruhnya gelap, kecuali majelis-majelisnya para ulama.”

Demikianlah dampak bahayanya menjauh, terlebih membenci dan meninggalkan diri dari bimbingan para ulama.

Semoga kita Allah persatukan di bawah bimbingan para Ulama Billah wa Fillah. Dan tidak di kelompokkan menjadi para pembenci kekasih-kekasih kekasih Allah.

Sumber:  Thariqah Alawiyah Plus

TEKS KHUTBAH IDUL ADHA SINGKAT Oleh: (Ustadz Muhammad Farid Ali)

"KEBIJKASANAAN NABI IBRAHIM AS DAN AKTUALISASAI PENYEMBELIHAN ISMAIL AS DALAM KEHIDUPAN SEKARANG" الله أكبر، الله أكبر، الله ...